Singapura Bidik Vaksinasi Usia Bawah 16 Tahun Pasca Temuan Kasus Covid-19 Pada Anak-anak

Singapura berencana melakukan vaksinasi terhadap anak anak berusia di bawah 16 tahun, setelah terjadi peningkatan kasus infeksi virus corona (Covid 19) baru baru ini di kalangan siswa di negara pulau itu. Pernyataan tersebut pun telah disampaikan Menteri Pendidikan Singapura Chan Chun Sing. "Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan saat ini sedang menyusun rencana untuk melakukan vaksinasi pada siswa kami. Setelah persetujuan penggunaan diberikan, kami akan meluncurkan vaksinasi untuk mereka yang berusia di bawah 16 tahun," tulis Chan di laman Facebook miliknya.

Dikutip dari laman The Star, Senin (17/5/2021), Kementerian Pendidikan negara itu pun memerintahkan tujuh sekolah dasar untuk melakukan sistem pembelajaran di rumah selama sisa masa akademik mereka. Sebelumnya, setidaknya 10 anak telah dinyatakan positif terinfeksi Covid 19 dalam sepekan terakhir, semuanya terkait dengan pusat pembelajaran. Perlu diketahui, negara di kawasan Asia Tenggara itu pada hari Minggu kemarin telah kembali mengalami masa penguncian (lockdown) yang terakhir diberlakukan pada setahun yang lalu.

Pemerintah negara itu pun melarang dilakukannya sejumlah kegiatan karena meningkatnya jumlah kasus infeksi yang tidak dapat dilacak. Singapura pernah menjadi salah satu 'kisah sukses' dunia dalam mengatasi Covid 19. Namun, selama sepekan terakhir, kasus infeksi Covid 19 negara pulau itu terus mengalami peningkatan.

Ada 49 kasus Covid 19 baru yang terjadi di sana. Dari jumlah kasus ini, 18 diantaranya tidak terkait dengan kasus lainnya, sementara 13 kasus telah ditempatkan dalam karantina. Hingga saat ini, belum ada temuan kasus baru di asrama pekerja.

Ada pula 11 kasus impor telah ditempatkan dalam sistem isolasi mandiri di rumah, setibanya mereka di Singapura. Dari jumlah tersebut, lima diantaranya merupakan warga Singapura yang kembali dari perjalanan internasional. Kasus kasus baru ini pun telah membuat total infeksi Covid 19 di Singapura menjadi 61.585.

Singapura akan menutup sebagian besar sekolah mulai Rabu mendatang, setelah 'negara kota' itu melaporkan capaian jumlah tertinggi kasus infeksi virus corona (Covid 19) lokal dalam beberapa bulan terakhir. Termasuk diantaranya beberapa kasus yang tidak berkaitan dengan kasus infeksi lainnya. Pernyataan tersebut disampaikan pemerintah negara itu pada hari Minggu kemarin.

Dikutip dari laman CNBC, Senin (17/5/2021), semua sekolah dasar, menengah pertama dan menengah atas akan beralih ke pembelajaran berbasis rumah. Aturan ini berlaku secara penuh mulai Rabu mendatang hingga akhir semester sekolah pada 28 Mei 2021. Menteri Pendidikan Singapura Chan Chun Sing pun menjelaskan alasan dibalik pemberlakuan kebijakan tersebut.

"Beberapa dari mutasi (virus) ini jauh lebih ganas, dan tampaknya menyerang anak anak yang lebih kecil," kata Chan. Perlu diketahui, pada hari Minggu kemarin, Singapura telah mengkonfirmasi terjadinya 38 kasus Covid 19 yang ditularkan secara lokal. Angka ini merupakan jumlah harian tertinggi sejak pertengahan September 2020, di mana 18 diantaranya tidak terkait dengan kasus penularan lainnya.

Sejak awal pandemi, Singapura telah melaporkan lebih dari 61.000 kasus Covid 19, dengan sebagian besar terkait dengan wabah tahun lalu yang terjadi di asrama pekerja asing. Sedangkan untuk catatan kematiannya, hingga saat ini negara itu melaporkan 31 kematian. Kasus baru yang terjadi pada hari Minggu kemarin adalah jumlah infeksi lokal tertinggi yanag ditemukan di luar asrama dalam setahun terakhir.

"Peningkatan tajam jumlah kasus saat ini mengharuskan kami untuk secara signifikan mengurangi pergerakan dan interaksi dalam beberapa hari mendatang," tegas Chan. Sementara itu, pusat perdagangan dan keuangan Asia yang terdiri dari 5,7 juta orang hingga saat ini melaporkan hampir nol atau satu digit kasus infeksi harian secara lokal selama berbulan bulan. Meskipun kasus harian Singapura masih tergolong kecil dibandingkan jumlah yang dilaporkan diantara negara tetangganya di kawasan Asia Tenggara, infeksi di negara pulau itu telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

Mulai hari Minggu kemarin, pemerintah Singapura menerapkan pembatasan ketat pada pertemuan dan kegiatan publik. Sebenarnya kebijakan pembatasan ini telah berlangsung sejak tahun lalu. Menariknya, lebih dari seperlima populasi di negara itu ternyata telah menyelesaikan rejimen vaksinasi dua dosis menggunakan vaksin dari Pfizer BioNTech dan Moderna.

Pihak berwenang Singapura pun rencananya akan melakukan vaksinasi terhadap warga berusia di bawah 45 tahun, mulai paruh kedua Mei ini. Namun kendalanya, kecepatan program inokulasi Singapura saat ini dibatasi oleh kecepatan kedatangan pasokan vaksin. Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan bahwa para ahli sedang mempelajari apakah memungkinkan untuk memberikan satu dosis vaksin dan memperpanjang interval antara suntikan.

Pemerintah negara itu juga sedang mempertimbangkan rencana untuk melakukan vaksinasi terhadap anak anak di bawah usia 16 tahun, setelah persetujuan terkait peraturan ini diberikan. Singapura pada Jumat (14/5) mengumumkan akan memberlakukan pembatasan paling ketat atau lockdown mulai minggu ini. Sebelumnya Singapura juga melakukan lockdown pada tahun lalu.

Saat itu lockdown dilonggarkan mulai Juni seiring kasus Covid 19 yang menurun. Singapura merupakan salah satu negara yang disebut paling sukses di dunia dalam pertahanan Covid 19. Lantas, mengapa Singapura kembali memberlakukan lockdown? Melansir Bloomberg, (14/5) Singapura kembali lockdown karena meningkatnya jumlah infeksi virus yang tidak dapat dilacak. "Pola kasus komunitas lokal yang tidak terkait telah muncul dan terus berlanjut," kata pernyataan Kementerian Kesehatan.

Kementerian perlu bertindak tegas untuk mengatasi risiko ini, karena setiap kebocoran dapat mengakibatkan munculnya kembali kasus yang tidak terkendali. Lockdown akan dimulai pada Minggu (16/5) hingga 13 Juni. Singapura saat ini telah mendeteksi 11 kluster aktif Covid 19 dan 46 kasus aktif negara saat ini terkait dengan Bandara kota Changi.

Pemerintah prihatin bahwa mungkin ada beberapa kasus tersembunyi yang belum terdeteksi dan dapat menyebar ke komunitas yang lebih luas. Total kasus aktif Covid 19 di Singapura adalah 393 kasus. Meski angka itu secara signifikan lebih kecil daripada wabah yang terlihat di sebagian besar negara lain, ukuran Singapura yang kecil dan populasi padatnya yang hampir 6 juta orang dapat memungkinkan kasus kasus berkembang biak dengan sangat cepat.

Singapura telah berhasil mengendalikan sebagian besar pandemi di dalam perbatasannya dan hanya melaporkan 31 kematian akibat Covid 19 sejak dimulainya pandemi. Sebagian besar kasus yang dilaporkan negara kota berasal dari pelancong yang masuk dan diisolasi di tempat karantina. Gejolak saat ini menjadi perhatian Singapura karena sebagian besar kasus baru diperoleh secara lokal dan beberapa di antaranya tidak dapat langsung dikaitkan dengan kasus lain. Penyebaran lokal tampaknya dipicu oleh kasus kasus yang terkait dengan bandara negara kota itu.

Pengunjung bandara, pekerja, dan pengemudi taksi semuanya telah dikaitkan dengan wabah baru baru ini. Hal itu menunjukkan bahwa infeksi tersebut mungkin telah melanggar prosedur karantina dan keselamatan Singapura yang ketat untuk pelancong yang datang serta staf bandara. Beberapa ketentuan lockdown Singapura yang diatur di antaranya terkait pertemuan luar ruangan dibatasi hanya untuk dua orang (meskipun mereka berasal dari rumah yang sama) sementara rumah hanya dapat menerima dua pengunjung per hari. Selain itu makan di restoran tidak lagi diizinkan, tetapi tempat makan dapat terus menawarkan makanan untuk dibawa pulang dan pesan antar. Pengusaha harus memastikan bahwa para stafnya dapat bekerja dari rumah.

Terjadi panic buying di Singapura, seiring pemerintahnya mengumumkan pemberlakuan lockdown sebagai antisipasi melonjaknya kasus covid 19. Warga Singapura memadati pusat belanja untuk membeli kebutuhan pokok. Seperti dilaporkan Coconuts.co, dari sejumlah foto yang beredar di media sosial, tampak antrean panjang warga dengan troli berisi makanan, kertas toilet, dan kebutuhan pokok lainnya, di beberapa supermarket.

Menteri Perdagangan dan Perindustrian Chan Chun Sing mengimbau masyarakat untuk tenang dan tidak perlu panik. "Meskipun tempat makan dan minum mungkin ditutup untuk layanan makan malam, pesan antar dan pengiriman masih diperbolehkan dan tidak perlu terburu buru untuk membeli bahan makanan atau kebutuhan lainnya," tulis Chan online hari ini. "Mari kita terus mengingat untuk hanya membeli apa yang kita butuhkan dan mencari yang lebih rentan di antara kita," lanjut Chan.

Sementara, CEO supermarket Fairprice Seah Kian Peng Seah mengulangi kembali nasihatnya di tahun lalu. “Jadi, mengulangi pesan kami sebelumnya, tidak perlu terburu buru membeli apa pun yang Anda butuhkan. Toko kami akan selalu buka. Lebih penting lagi berhati hatilah dan tetap aman,"kata Seah. Dari catatan di jaringan supermarketnya, lalu lintas angka pembelian cukupl besar di toko fisik dan online mereka sejak siang hari.

Singapura kembali memberlakukan lockdown setelah terjadi 52 kasus per harinya sebagai penanda gelombang baru infeksi Covid 19. Kondisi tersebut mempengaruhi Bandara Changi dan Rumah Sakit Tan Tock Seng. Bahkan harga saham juga ikut turun, kecualisaham supermarket Sheng Siong yang melonjak 11 persen. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC mengumumkan warga Amerika yang sudah divaksin tidak perlu lagi memakai masker atau menjaga jarak.

Perubahan panduan besar itu dibuat oleh direktur CDC Dr Rochelle Walensky pada Jumat (14/5/2021). Dr Walensky berkata: "Kita semua merindukan momen ini."

"Siapapun yang telah divaksinasi lengkap dapat berpartisipasi dalam kegiatan di dalam dan di luar ruangan, besar atau kecil, tanpa memakai masker atau menjaga jarak secara fisik." "Jika Anda sudah divaksinasi penuh, Anda dapat mulai melakukan hal hal yang sebelumnya Anda hentikan karena pandemi." "Kita semua telah merindukan saat saat ini ketika kita dapat kembali ke kehidupan normal."

Dr Walensky mengatakan bahwa pedoman baru ini hanya berlaku untuk orang Amerika yang telah divaksinasi penuh. Ia meminta siapa saja yang mengalami gangguan kekebalan untuk berbicara dengan dokter mereka sebelum melepaskan masker. Orang yang divaksinasi penuh artinya orang orang yang dua minggu melewati dosis vaksin Covid 19 terakhir yang dibutuhkan.

Dr Walensky kemudian mengatakan bahwa perubahan pedoman tidak dimaksudkan sebagai rayuan agar lebih banyak orang yang divaksinasi. Ia menyebut bahwa CDC telah "mengikuti ilmu pengetahuan" dalam membuat keputusannya. Ia juga mengatakan bahwa keputusan itu juga tidak berdasarkan tekanan publik tetapi keefektifan vaksin.

Meski begitu, Dr Walensky memperingatkan bahwa jika situasinya menjadi lebih buruk lagi, CDC mungkin harus mengubah pedomannya. Dr Walensky menambahkan bahwa pedoman tentang pemakaian masker di pesawat, bus, atau kereta api tidak berubah. Masker tetap harus dipakai saat bepergian dan di bandara serta stasiun.

Selain itu, ia juga menegaskan bahwa lokasi seperti fasilitas kesehatan harus mengikuti pedoman keamanan infeksi mereka sendiri. "Ini momen yang menarik dan kuat. Ini hanya bisa terjadi karena upaya banyak orang yang memastikan bahwa kita memiliki administrasi cepat tiga vaksin yang aman dan efektif," ujarnya. Dr Walensky memberi tahu orang Amerika yang tidak divaksinasi bahwa mereka harus terus memakai masker, sambil mendesak mereka untuk divaksinasi sesegera mungkin.

Lebih dari 32,8 juta orang telah dinyatakan positif Covid 19 di Amerika Serikat selama pandemi, dengan 583.000 kematian disebabkan olehnya. Sebagian artikel ini sudah tayang di KONTAN, dengan judul:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *